UNSUR INTRINSIK
· Tema: percayalah pada niat baikmu
· Latar :
Tempat : dalam bis(dalam perjalanan)
dan di kampung
Waktu : tiga tahun setelah
kepergian martini ke Arab Saudi
Suasana : diawal cerita suasana yang
timbul basa saja, tetapi pada pertengahan cerita suasana yang timbul menegangkan
karena adanya konflik yang timbul ketika tokoh utma bermimpi
· Plot/alur :
alur cerita itu adalah alur maju(episode) karena
jalan cerita dijelaskan secara runtut. Pada awal cerita diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian si tokoh
bermimpi, pada mimpinya timbul suatu pertentangan yang
berlanjut ke konflik(klimaks) dilanjutkan dengan antiklimaks dan pada akhir
cerita terdapat penyelesaian.
· Perwatakan
:
Tokoh utama(martini):
wataknya yang sabar,lembut ,pekerja keras,
bertanggung jawab terhadap keluarga, hal ini di tunjukan dari penjelasan
tokoh,penggambaran fisik tokoh serta tanggapan tokoh lain terhadap tokoh utama
Tokoh pembantu :
Mbok : sabar
Andra : patuh terhadap orang tua
Mas koko : tidak bertanggung jawab terhadap
keluarga
· Sudut pandang : orang ketiga
· Mood/suasana hati :
kecurigaan,kesabaran,kecemburuan,penyesalan,kebahagiaan
· Amanat
-Seharusnya suami bertanggungjawab untuk
mencari nafkah bagi anak dan istrinya
-Jangan dulu bersikap su’udzon kepada seseorang
bila belum ada buktinya
- Keuletan dan kesabaran dalam bekerja akan
membuahkan hasil yang baik
- Selalu berniat baik untuk mendapatkan ridho Allah
swt
UNSUR EKSTRINSIK
· Nilai moral :
Dalam cerpen tersebut terdapat kandungan nilai
moral yaitu seseorang haruslah bersikap huznudzon terhadap sesama
manusia, karena husnudzon mencerminkan akhlak serta budi pekerti yang
baik.
· Nilai Sosial-budaya :
cerita pada cerpen tadi mempunyai kaitan yang
sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahwa kebanyakan
orang yaitu wanita pergi merantau ke negeri orang demi membantu perekonomian
keluarga seperti menjadi TKW, sedangkan suaminya menunggu dirumah, untuk
dikirimi uang dari istrinya tanpa berpikir , susahnya mencari uang dinegeri
orang, sedangkan dia sendiri tidak bekerja. Namun, hal ini bertolakbelakang
dengan budaya serta tradisi, bahwa yang wajib mencari nafkah untuk keluarganya
adalah suami. Karena suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, jadi ia harus
bertanggungjawab terhadap keluarganya. Tetapi, hal ini rupanya sudah banyak
terjadi di masyarakat, sehingga tidak jarang pula orang-orang yang menjumpai
hal tersebut.
Diposting oleh: Wahyuni Astuti Utami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar